Search-form

Sains, Bahaya Menggunakan Parfum

Munculnya publikasi banyak riset tentang bahaya yang terkandung di balik paparan aroma parfum, termasuk parfum tubuh, kosmetik lain yang menggunakan pewangi hingga pewangi ruangan, menurut sebagian ahli, sering ditanggapi berlebihan terutama oleh aktifis lingkungan yang tak mendasarinya dengan pengetahuan yang jelas.

Beberapa lokasi umum di negara luar bahkan sampai memberlakukan larangan penggunaan parfum bagi pengunjungnya akibat keresahan yang ditimbulkan dalam taraf yang sama seperti polusi asap rokok, sementara sebagian organisasi pencinta lingkungan sempat mengusulkan larangan ini menjadi regulasi resmi pemerintahnya.


Tanpa bisa dipungkiri, mungkin kita pun pernah merasa pusing sewaktu mencium aroma parfum atau pewangi yang bagi sebagian dirasakan terlalu menyengat. Sebagian ahlinya sendiri belum bisa memastikan mekanisme teoritis terjadinya gangguan ini selain adanya efek polusi kimiawi yang bisa merangsang sistem saraf dan mengakibatkan gangguan seperti peradangan dan sumbatansumbatan melalui jalan masuk dari saluran pernafasan individu tertentu sama seperti sumber aroma lain yang mengandung bahan kimia petroleum seperti cat, bensin, bahkan yang alami dari tanaman tertentu.

Penelitian awal tentang efek aroma parfum dan pewangi ini sebenarnya dialamatkan bagi penderita serangan asma yang memiliki riwayat kelainan alergik secara spesifik yang bisa mengakibatkan serangan akut dari penyakit tersebut, di mana sebuah asosiasi penyakit paru di AS menemukan satu dari lima serangan asma diakibatkan paparan pewangi-pewangi terutama kosmetik tubuh seperti aftershave, body cologne, shampoo, sabun, odol dan sebagainya.


Namun toleransi yang berbeda dari tiap individu, bagaimanapun, menurut mereka, turut memegang peranan di dalamnya, terutama bagi penderita sindroma yang mereka sebut dengan MCS (Multiple Chemical Sensitivity).

Tak hanya bagi pernafasan, untuk alergi kulit pada individu yang menyimpan bakat sensitifitas berlebih ini juga memegang peranan yang signifikan. Paparan terhadap aroma ini lebih lanjut akan beresiko terhadap sistem saraf atas potensi neurotoksik bahan kimia tersebut, dan dasar ini yang dijadikan sasaran banyak penelitian lanjutan yang akhirnya mulai membuat regulasi bebas polusi parfum ini menjadi marak di beberapa negara tertentu. 

Dalam sejarahnya, penggunaan parfum berabad-abad yang lalu kebanyakan diekstrak dari sumber alami seperti tumbuhan bahkan hewan, namun kesulitan yang ada kemudian dipermudah oleh teknologi hingga muncul bahan kimia sintetik yang jauh lebih mudah diproduksi dengan biaya lebih murah.

Resikonya juga menjadi lebih besar atas efek kimiawi bahanbahan sintetik yang sebagian besar merupakan olahan petroleum ini, diantaranya potensi mempengaruhi sistem persarafan, reaksi alergi, hingga cacat janin dan kanker.

Namun seperti penggunaan bahan kimia lain yang semakin sulit dihindari mulai dari plastik, bahan bakar, dan sebagainya, tiap-tiap bahan kimia ini juga memiliki batas aman yang akan berkaitan lagi dengan sensitifitas tiap individu yang berbeda-beda.

Secara ekologis, bahanbahan ini sekarang memang banyak dituding ikut serta dalam pencemaran udara dan lingkungan yang berperan dalam pemicu menipisnya lapisan ozon, namun sejauh ini banyak usulan dari organisasi berbasis lingkungan tadi belum disetujui secara menyeluruh terutama oleh FDA atau Consumer Product Safety Comission, AS yang memang menjadi palang terdepan keamanan penggunaan bahanbahan kimia tadi.


Dan dari sekitar 500 bahan kimia sintetik yang digunakan dengan efek pada sistem saraf termasuk efek neurotoksik dan karsinogenik berbeda-beda kadar dan lama paparannya, yang paling lazim digunakan antara lain adalah diethylalomine, propylene glycol, ethanol, acetone, sodium lauryl sulfate dan fluoride ; dengan efek yang bisa menyebabkan kekeringan tenggorokan, nausea, inkoordinasi hingga koma dari rangsangan sistem saraf dalam paparan lama dan terusmenerus, kemudian benzaldehyde yang bisa merusak paru dan ginjal, benzyl acetate yang bersifat karsinogenik dan dapat diserap dari jalan nafas serta kulit, benzyl alcohol yang punya efek iritatif terhadap saluran pernafasan, camphor, ethyl acetate yang rata-rata memiliki efek sama terhadap sistem saraf melalui saluran pernafasan.

Secara sekilas, semua bahan kimia sintetik yang menjadi bahan dasar pembuatan parfum tersebut memang terlihat sangat berbahaya, namun rata-rata sistem tubuh juga memerlukan paparan yang lama disamping adanya batas aman penggunaannya untuk bisa menimbulkan gangguan lanjut.


Mengingat menghapuskan penggunaan bahan-bahan berbasis parfum ini dari aktifitas sehari-hari juga cukup sulit karena sebagian diantaranya merupakan kebutuhan utama, agaknya kita juga tak memiliki pilihan lain selain menunggu sejumlah penelitian lanjutan yang nantinya akan bisa merubah resiko bahan-bahan kimia terhadap kesehatan tadi untuk dikategorikan aman atau malah menciptakan suatu regulasi baru secara menyeluruh.

Untuk sementara yang bisa dilakukan tak perlu dengan menanggapinya secara resah, namun cukup dengan membatasi penggunaannya agar tak menimbulkan resiko paparan yang berlebihan, dan menghindari beberapa produk yang ada jika memang memiliki riwayat sensitifitas tertentu.


Sumber :